RSS

Menjelajahi Tempat-Tempat Eksotis di Kepulauan Riau

Aku paling seneng kalau diajak traveling, apalagi kalo gretongan (siapa sih yang gak mau). Tahun 2008 yang lalu, emang udah agak lama sih tapi pesona keindahannya masih ku ingat dan senantiasa membuatku ingin mengunjunginya. Kali ini aku akan ngajak emak-emak semua jalan-jalan ke berbagai tempat indah nan menawan di Provinsi Kepulauan Riau. Wah dimanakah itu? Emak-Emak pasti gak asing kan dengan Pulau Batam, yups itu loh pulau yang dekat dengan Singapore dan merupakan setigiga emas termasuk dengan kakaknya si Pulau Bintan. Nah dua pulau besar itu berada di daerah administratif provinsi Kepulauan Riau. Tapi kali ini aku gak ngajak emak ke Batam loh, melainkan ke pulau yang lain yaitu pulau Penyengat dan Bintan.

Udah gak sabar kan menikmati keindahan dan eksotisme pulau-pulau tersebut. kalau ingin ke Bintan, dari Airport Hang Nadim Batam kita naik taksi ke Pelabuhan Telaga Punggur Batam, kemudian kita harus naik Speed boat ke pelabuhan sri bintan atau pelabuhan tanjung pinang. Setelah itu pake jalur darat ke tempat wisata yang kita tuju.

Yang pertama kita akan pergi ke Air Terjun Gunung Bintan, disitu kita bisa menikmati hawa yang sejuk dan bebas polusi serta gemericik air terjun. Kalau pas musim durian, ada festival durian disana. Kita bisa makan sepuasnya plus gratis loh mak, tapi kalo mau bawa pulang ya harus bayar hehehe... Untuk sampai ke lokasi air terjun, kita harus menaiki anak tangga yang lumayan buanyak bingit mak, makanya tidak disarankan memakai highheels kalo pergi ke sini. Tetapi kecapekan kita akan terbayar ketika sudah sampai di lokasi dan membasuh muka, tangan maupun kaki kita dengan air terjun yang sungguh sangat sejuk.



Dari Gunung kita akan pergi ke gurun Sahara-nya Bintan yang ada di Tanjung Uban. Kawasan yang merupakan bekas penambangan bauksit ini memang memiliki eksotisme tersendiri. Sekilas lalu tampak seperti sedang berada di gurun-gurun afrika sana. Sayang banget dokumentasi fotonya gak punya yang bagus nih mak. Ini aja minta punya temen hehehe...



Setelah gurun-gurunan selanjutnya kita akan bergerak ke laut. Laut di Kepri ini sungguh menawan dengan pasir putihnya. Kita akan menuju ke Pantai Trikora. Sebenarnya masih banyak lagi seperti pantai BIE (atau orang disana sering menyebutnya pantai rijek), pantai pertamina (karena di dekat pertamina tanjung uban), pantai Sakera dll. Tetapi kita ke Trikora Beach aja ya. Kita bisa puas berenang disana, main pasir, main bola pantai ataupun sekedar relaks di gubuk-gubukan yang tersedia sambil menikmati hidangan laut dan kelapa muda.

 




Yang paling menarik dari Pantai ini adalah di adanya batu besar yang halus di tengah-tengah pantainya. Dan kalau beruntung kita akan melihat pemukiman suku melayu laut. Kenapa dikatakan kalau beruntung, sebab mereka sering berpindah-pindah dari pantai satu ke pantai lainnya. Saat Pertama kali datang ke Trikora Beach, kami melihat rumah-rumah mereka benar-benar diatas air laut. Akan tetapi ketika kami datang untuk yang ke dua kalinya, pemukiman tersebut sudah tidak ada. Kata penduduk sekitar, suku melayu laut memang sering berpindah-pindah.


Setelah puas bermain di laut kita akan menuju ke Senggarang. Di sana ada sebuah Vihara Dharma Sasana. Vihara ini unik karena mempunyai patung-patung yang ada di kisah "Kera Sakti - Sun Go Kong".


Kita boleh masuk ke lokasi, berfoto-foto akan tetapi tidak boleh masuk ke viharanya karena merupakan tempat suci. Intinya harus jaga sikap karena kita bukan berada ditempat wisata biasa melainkan di tempat ibadah.

Nah kita lanjut lagi mak ke pulau tempat disemayamkannya raja-raja melayu termasuk makam dari pahlawan nasional Raja Ali Haji dialah Pulau Penyengat. Lokasinya cuma di seberang Vihara ini aja kok mak. Untuk nyebrang ke Pulau penyengat kami menggunakan perahu yang di sebut "Pompong". Kenapa dinamakan "pompong" itu yang sampai sekarang aku gak tau, kata bapaknya yang punya perahu emang dari dulu namanya udah itu. 

Setelah sampai di Pulau penyengat, yang pertama kita jumpai adalah Masjid dengan nuansa warna kuning dominan dan hijau yang di sebut dengan Mesjid Raya Sultan Riau Penyengat. Masjid ini dibangun pada masa Raja Hamidah Engku Putri (1784-1805). Yang menarik adalah bahwa masjid ini dibangun dengan menggunakan putih telur.  Mesjid Raya Sultan Riau Penyengat selalu diberi warna Kuning – Hijau, karena Kuning melambangkan Kerjaan, yang mana pada masanya Pulau Penyengat Indera Sakti adalah Pusat Kerajaan Riau Lingga. Dan Hijau yang berarti Islam. Menurut cerita, pulau penyengat ini merupakan mahar pernikahan Sultan Mahmud Marhum untuk meminang Engku Putri sebagai permaisuri. Di masa Engku Putri ini pulau penyengat menjadi pusat pemerintahan kerajaan melayu Riau-Lingga bahkan sampai ke daerah yang ditaklukan yaitu Johor dan Pahang yang ada di Malaysia. Menurut mitos yang beredar, konon jikalau kita datang ke Pulau ini dengan pasangan kita, kalau berjodoh maka akan sampai ke pelaminan tetapi jika tidak maka akan segera putus setelah pulang dari pulau ini. Antara kebetulan atau tidak, tapi dari beberapa pasang teman-temanku ada yang memang langsung putus ada juga yang berakhir di pelaminan.

Jika ingin mengelilingi pulau penyengat, kita bisa menyewa "bentor" atau becak motor yang banyak ada di sekitar masjid. Dengan bentor kita tidak akan terlalu capek, tapi kalo emak sanggup jalan itu juga boleh sembari menikmati suasana di sana, tapi resiko gempor ditanggung sendiri yak. 
Kita bisa ziarah ke Makam raja-raja melayu, kalu di jogja ada yang namanya Pemakaman Imogiri Bantul untuk makam raja-raja Mataram. Disini gambar makamnya aku ngambil lagi dari om gugel soalnya pas di makam tidak boleh ambil gambar, daripada kuwalat kan mak, mending nurut deh.



Di dalam makam Raja Ali Haji (Bangunan yang besar) di dinding sekitarnya terdapat juga mahakarya beliau Gurindam Dua Belas yang terkenal itu. Dan Masih banyak lagi makam raja-raja melayu di Pulau penyengat ini yang tersebar. Ada juga gedung mesiu yang bersejarah dengan mesiu asli jaman dahulu yang masih bisa kita saksikan. Banyak lokasi yang bisa dikunjungi selain situs makam keluarga kerajaan masih ada bangunan ex-kantor pemerintahan, benteng serta salah satu rumah adat melayu yang telah disulap menjadi museum untuk menyimpan benda-benda peninggalan sejarah.


Kiranya cukup sekian dulu ya mak, capek ngetiknya. Lain kali disambung lagi asal usul nama Penyengat yang melekat di pulau ini. Aku pribadi sangat mengagumi kebudayaan melayu dengan karya sastranya yang sungguh indah. Peradapan yang memperkaya bangsa Indonesia.

Tulisan ini diikutsertakan dalam GA: 














  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

4 komentar:

Ruziana mengatakan...

ini kota saya domisili sekarang mak :) perahunya itu disebut pompong mak :) bukan pong pong

yatik san mengatakan...

Makasih mak Ruziana Ana atas koreksinya.
Wah boleh dunk mampir tempat emak kalo saya liburan ke sana lagi :)

Uniek Kaswarganti mengatakan...

Baru dengar nih tentang suku Melayu Laut, asyik juga ya pas bisa menyaksikan mereka singgah barang sejenak gitu.
pantai Trikora pasirnya bersih, enak buat duduk-duduk bersantai bareng teman-teman :)

Terima kasih telah berpartisipasi dalam GA ini. Good luck.

yatik san mengatakan...

iya mak uniek, aku taunya juga karna pas ke sana pas ada rumah-rumah di atas laut gitu...
makasih mak, udah singgah :)

Posting Komentar